Datang by Rahne Putri in Sadgenic




: Aku sudah datang, jangan membuatku berdiri di depan pintu terlalu lama..aku lelah membangunkanmu dari mati suri yg kau nina-bobo kan sendiri.

: Maka bangunkan aku dengan senyummu yang akan menyibakkan selimut egoku yang telah menina-bobokan diriku sendiri.

: Bahkan aku telah tertawa di hadapanmu, demi meredam ego yg mejadi tabir di matamu.

: Begitukah? Maka biarkan tawamu berderai bagai rinai hujan yg akan meluruhkan sekujur egoku dan bangkit dari nina-boboku.
Hingga aku benar-benar akan tersadar bahwa derai tawamu dan hujan adalah karunia terindah-Nya meski aku harus melepas mantel egoku.

: Tawaku, basah, dan dinginmu..menjadi saksi meleburnya ego yg memejamkan matamu. Maka lelahku pun lebur dengan cahaya dari irismu.

: dan aku pun luruh rebah hingga senyum hangatmu kembali terbit di ufuk jiwamu.

: Senyum yang kudedikasikan untuk menjaga jiwa dari mati surimu, hanya kamu.

: Kau tak perlu mendedikasikan apa-apa lagi, karena aku telah bangkit dari mati suriku. tahu kenapa? karena senyummu yg berderai.

: Dan deraiannya akan semakin deras saat kau tak lagi dalam mantel egomu.

: Biarlah aku basah dengan derai senyummu selepas mantel egoku, karena dengan begitu aku bisa mengajakmu berlari di bawah hujan.

: Hujan yg mampu membasahi hingga relung hati, hatimu pun.

: Juga hatimu, yang selalu basah dengan derai senyum meski saat musim hujan telah berganti. Senyum yang tak akan pernah lekang dihempas kemarau yang kerontang. Senyum yang selalu berpijar terang bersama gemintang.

: Senyum yg aku simpan hingga tujuh purnama berganti, hanya untuk menunggumu berlari bersama di bawah hujan.

a dialog by :

Percakapan yang tak disengaja, sekedar celoteh, menjawab puisi Datang yang di tulis Rahne Putri dalam buku Sadgenic-nya :D


Komentar

  1. kalau aku datang, akankah kau lanjutkan torehanmu dengan derai hujan yang akan membasuh segala lelahmu menjaga pintu? sambil kita senandungkan bersama ninabobo hingga malam terpejam rebah di pangkuan gulita. agar kita bisa menikmati wajah rembulan seusai hujan reda dari balik jendela. dan maafkan aku, karena akulah yang terninabobo oleh egoku yang membuatmu lelah menjaga pintu. aku pun tak bisa berjanji untuk tidak akan pergi. aku hanya tahu bahwa senyummu yang membuatku tak ingin pergi lagi. entah sampai kapan aku tak ingin menghitung detak waktu yang juga akan membuatku lelah. lelah seperti dirimu yang menjaga pintu
    .....
    (asyik juga celoteh tanpa sengaja itu yo? moga bisa berbagi damai hehehe... TERIMA KASIH sudah menorehkannya dalam sebuah puisi. salut!)

    BalasHapus
  2. Salut juga sama kamu! :)))
    Dan twit yg masih berlanjut, nanti aku edit lagi ke tulisan ini :D

    BalasHapus
  3. itu spontan lho? hampir saja aku tertubruk menguntit bayangmu yang menunggu di ambang pintu hahaha :D

    BalasHapus
  4. Iya spontan :) battle puisinya di twitter ajaa, tar ak arsip kesini :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 tahun blog saya mati suri... sebagai newbie, saya butuh buku ini!

Memilih keju untuk MPASI; Ibu pintar perhatikan keaslian keju lewat kampanye #KejuAsliCheck

Memanfaatkan Yummy App, Menghasilkan Cuan dari Resep Masakan tanpa Jualan