Cerita Kampus

"Perkuliahan masuk minggu ke-7, siap-siap ujian tengah semester, meskipun demikian proposal PKM jangan dilupakan karena itu ajang unjuk gigi tingkat nasional” begitulah kira – kira isi dari “tulisan elektronik” yang ada di atas pintu masuk gedung jurusan kimia beberapa minggu yang lalu, entah apalah namanya biar ku sebut tulisan elektronik saja. Sebelumnya “tulisan berjalan” menyebutkan bahwa “ kuliah telah memasuki minggu ke-5, proposal PKM ditunggu loh…”. Entah kenapa di jurusan kimia dan mungkin jurusan lain di fakultas MIPA begitu fokus terhadap PKM sehingga beberapa minggu terakhir ini, mahasiswa MIPA sibuk mempersiapkan proposal PKM khususnya mereka yang mendapat beasiswa baik beasiswa BBM (bantuan belajar mahasiswa) maupun beasiswa PPA (peningkatan prestasi akademik) karena fakultas mewajibkan mereka yang mendapat beasiswa untuk mengajukan proposal PKM. Kebijakan fakultas tentunya punya tujuan yang jelas, untuk apa universitas memberikan beasiswa jika mahasiswa itu sendiri tidak memberikan bukti prestasi pada almamaternya. Jika tidak diberi kebijakan demikian, artinya mereka tidak dipaksa maka mereka pun akan cuek, yang penting IPK tinggi, pengajuan beasiswa diterima, dapat uang. Tanpa harus memikirkan, timbal balik apa yang seharusnya mereka lakukan untuk almamater tercinta atas beasiswa yang telah mereka dapatkan. Mungkin hanya akan ada segelintir mahasiswa saja yang mengajukan proposal PKM jika tidak ada kebijakan ini.

Tak terkecuali juga bagi Mahasiswa Baru (Maba), meski tidak ada kewajiban untuk mengajukan proposal PKM tapi mereka pun punya kesempatan seperti senior – seniornya di kampus untuk ikut ajang bergengsi ini, dan ternyata merekapun sangat antusias untuk turut serta mengajukan proposal PKM dan bersaing dengan yang lain. Meski mereka angkatan termuda, namun mereka begitu percaya diri dan berani untuk bersaing dengan senior – seniornya. Hal ini akan menjadi prestasi tersendiri bagi mereka jika berhasil bersaing dengan kakak – kakak tingkatnya.

Berbicara soal prestasi, akan lebih menarik jika kita melihat prestasi – prestasi yang diraih para mahasiswa baru yang notabene masih perlu beradaptasi dengan lingkungan kampus dan suasana perkuliahan. Bahkan bagi sebagian mahasiswa tidak mampu, justru karena prestasi – prestasi mereka jugalah yang mengantarkan mereka untuk berkesempatan kuliah di Fakultas MIPA tanpa biaya sepeserpun. Malah mereka mendapat uang saku dan uang kos setiap bulannya. Semisal mereka yang mendapatkan beasiswa Bidik Misi. Program beasiswa bidik misi ini diberikan kepada siswa SMA/MA berprestasi yang berasal dari keluarga tidak mampu. Boleh dibilang, beasiswa ini adalah beasiswa paling bergengsi dibandingkan yang lain karena tidak tanggung – tanggung, mereka dibiayai kuliah dan diberi uang saku selama 4 tahun penuh. Hal ini mungkin akan menjadi sedikit beban bagi mereka untuk dapat mempertahankan prestasinya atau lebih mudahnya untuk mempertahankan image “pintar” yang melekat pada diri mereka.

Banyak juga mahasiswa lain yang meskipun mereka tidak mendapat beasiswa ataupun masuk lewat jalur tes yang juga punya prestasi yang luar biasa. Semasa di SMA mereka sering mengikuti lomba sains tingkat lokal maupun nasional, Olimpiade Sains Nasional dll. Salah satu mahasiswa jurusan kimia yang sehari-hari akrab dipanggil yudha mungkin hanyalah salah satu mahasiswa berprestasi sewaktu SMA.  Juara 1 OSN kimia se-situbondo, 10 besar finalis olimpiade kimia se universitas jember, semifinalis olimpiade kimia farmasi universitas airlangga Surabaya, semifinalis olimpiade kimia UIN Malang adalah segelintir prestasi yang pernah ia berikan untuk sekolahnya.

Namun, apakah prestasi – prestasi yang mereka raih semasa SMA dulu menjamin keberhasilan mereka juga untuk menjalani kuliah? Khususnya kuliah di Fakultas MIPA yang sarat praktikum dan menyita banyak waktu dan tenaga. Perlu kerja keras ekstra dan keuletan yang tinggi agar tetap bertahan menjalani perkuliahan dan praktikum, ditambah lagi bagi yang suka berorganisasi harus pintar – pintar membagi waktu antara kuliah, praktikum, mengerjakan tugas, berorganisasi dan tak lupa pula waktu untuk beristirahat dan refreshing. Selain itu, perlu juga memperhatikan kesehatan dan kondisi tubuh, jangan sampai kesibukan aktivitas di kampus menjadikan tubuh kita drop karena kelelahan dan jarang istirahat.

Satu hal yang mungkin dapat menjadi pelajaran untuk kedepannya, banyak mahasiswa baru yang mengeluh ketika menjalani ospek fakultas atau yang dikenal dengan AKSIOMA. Banyak mahasiswa baru yang saat ini sedang sakit akibat kelelahan saat ospek. Padahal ospek adalah salah satu bentuk media pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru. Salah satu mahasiswa fisika, fatma nuril, terpaksa tidak mengikuti kuliah selama sebulan atas rekomendasi dokter karena keadaan fisiknya yang belum sehat. Memang, ijin dilaksanakan atau tidaknya ospek fakultas adalah kebijakan dari para dekanat dan petinggi fakultas. Namun, untuk tahun ini ketua jurusan kimia memberi kebijakan bahwa di jurusan kimia tidak lagi dilaksanakan ospek jurusan atau yang lebih dikenal Rekristalisasi. Beliau menganjurkan mahasiswanya agar lebih fokus pada kiliah dan pengerjaan proposal PKM serta hal-hal yang dapat menunjukkan prestasi mereka untuk jurusan. Tidak salah, namun apakah berarti benar? Daripada sibuk mempersoalkan yang sudah menjadi kebijakan lebih baik jika kita kuliah saja yang rajin dan tunjukkan prestasi untuk almamater. Nggak malukah ketika ada yang bertanya, mana prestasimu?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 tahun blog saya mati suri... sebagai newbie, saya butuh buku ini!

Memilih keju untuk MPASI; Ibu pintar perhatikan keaslian keju lewat kampanye #KejuAsliCheck

Memanfaatkan Yummy App, Menghasilkan Cuan dari Resep Masakan tanpa Jualan